-

Google Ads

.

Tionghoa Palembang dan Aceh



Keterangan foto tidak tersedia.Gambar mungkin berisi: teks

Orang-orang Tionghoa di Palembang dan Aceh Membantu Baik Materi Maupun Jiwa, Ketika Menghadapi Agresi Militer Belanda.

Dokumentasi Jenderal AH Nasution dan TA Talsya 29 Januari 1947 , sejumlah wartawan Malaya (Malaysia) dari hampir seluruh suratkabar dan kantor berita, datang mengunjungi Palembang dengan kapal Shofuku Maru. Kedatangan mereka untuk memastikan kabar bahwa orang2 Tionghoa dalam keadaan aman dan tak terancam jiwanya, sebagaimana yang sering dihembuskan oleh pihak Belanda ke dunia Internasional. Justru sebaliknya, akibat serangan udara / pemboman yang dilakukan oleh Belanda yang membabi buta, baik di darat dan laut, sekitar 1000 orang Tionghoa jatuh sebagai korban dan menderita kerugian harta benda sekitar 10 Juta Gulden.

 9 Juni 1947 , wawancara Liong Jau Hiong (Ketua Gabungan Perkumpulan Tionghoa Aceh) dengan 2 harian berbahasa inggris yang terbit di Penang (Malaysia), yaitu The Straits Echo dan The Time of Malaya. Liong juga menyampaikan hal yang sama dengan apa yang terjadi di Palembang.

Di Aceh, semenjak 1945 tak ada perselisihan atau insiden dengan orang Tionghoa. Justru orang2 Tionghoa di hampir setiap kota, di seluruh Aceh ikut berpartisipasi (tercatat dengan baik oleh tokoh Aceh, Talsya dalam bukunya, lihat sumber) dalam menggempur Belanda. Perdagangan juga berjalan normal, pemerintahan juga berjalan dengan lancar. Tetapi sedikit sekali disiarkan tentang keadaan yang tentram dan aman di Daerah Aceh, yang dengan penduduk berjumlah sekitar 1,2 juta jiwa, terdiri dari beragam suku bangsa, mereka dalam suasana gembira dan penuh saling pengertian dalam menjalankan kehidupan sehari-hari.

Lebih lanjut Liong menambahkan, ketika harga barang-barang dan makanan melambung tinggi di tempat lain, di Aceh melimpah ruah dan juga murah. Kisah ini adalah sisi lain sumbangsih orang Tionghoa asal Aceh dan Palembang dalam menyokong Republik Indonesia dalam keadaan genting. Orang Tionghoa di Palembang dan Aceh membantu baik materi maupun jiwa, bahu-membahu bersama penduduk setempat melawan agresi Belanda.
Sejarah yang tak boleh dilupakan! 
Kita Sebangsa Setanah Air dan SETARA
MERDEKA!

 Sumber:
1. Sekitar Perang Kemerdekaan Indonesia, Jilid 4, Karya Jenderal AH Nasution.
2. Modal Perjuangan Kemerdekaan (1947-1948), karya T.A.Talsya.
3. Azmi Abubakar.
4. Koleksi Museum Pustaka Peranakan Tionghoa.

0 Response to "Tionghoa Palembang dan Aceh"

Posting Komentar

wdcfawqafwef