-

Google Ads

.

Baswedan Yang Pahlawan





"Dalam masalah golongan Cina, saya tak setuju sama sekali dengan penggantian nama. Kenapa orang Cina harus berganti nama? Seorang orangtua Cina tentu menginginkan anaknya mengenal leluhurnya, si anak pun tentunya juga tidak menghendaki hubungannya putus dengan asal usulnya. Karena itu, dia harus kita beri kebebasan. Biarkan dia memilih namanya sendiri".(Abdurrahman Baswedan)
A.R. Baswedan sangat memahami, jika penggantian nama hanyalah suatu anjuran, tapi dia menegaskan jika "anjuran" tersebut, makin ke bawah ia akan berubah bentuk menjadi kewajiban.
Demikian pandangan luar biasa yg dikemukakan oleh tokoh pahlawan bangsa. Pandangan tersebut diungkapkannya pada tahun 1982, ketika Suharto sedang tajam2nya dalam menindas orang Tionghoa dengan kebijakannya yang kejam, satu diantara kebijakan tersebut adalah anjuran perubahan nama bagi orang Tionghoa.
Baswedan memang memilki hubungan yang erat dengan orang2 Tionghoa. "Saya dahulu bekerja sebagai wartawan pada pers Cina yang pro pergerakan (kemerdekaan Indonesia)". Jika ditelusuri lebih jauh, bahkan beliau mengakui jasa 2 tokoh Tionghoa, yaitu Liem Koen Hian dan Tjoa Tjie Ling dalam ikut membentuk Partai Arab Indonesia.

Tahun 2018, Abdurrahman Baswedan ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional oleh Presiden Jokowi. Menariknya, inisiatif pengusulan serta kemudian yang memperjuangkan dirinya sebagai pahlawan, justru datang dari seorang tokoh nasional asal etnis Tionghoa yakni Wang You Shan (Eddie Lembong), seorang pegiat kebangsaan yang gigih, pendiri Yayasan Nabil.
Tanpa perjuangan Wang You Shan, boleh jadi, sampai saat ini A.R Baswedan belumlah diakui sebagai Pahlawan Nasional Indonesia. Hal ini sengaja saya sampaikan tanpa mengurangi rasa hormat dan kagum terhadap AR Baswedan, tapi saya hanya mencoba mengingatkan bahwa kita sebagai bangsa haruslah saling memperkuat, mempersaudarakan dan menyayangi.
"Apa perlunya rasa persaudaraan sebangsa untuk diingatkan? Jelas perlu, karena ada saja bajingan2 diantara kita, yang bukannya mempererat tali persaudaraan tapi justru merusak dan mengoyak2nya!" (Azmi Abubakar)
Kita Sebangsa Setanah Air dan SETARA
MERDEKA!

1. 45 Tahun Sumpah Pemuda, 1974.
2. Sumpah Pemuda Keturunan Arab, 1977.
3. Majalah Prisma, No.3 Maret 1982.
4. Koleksi Museum Pustaka Peranakan Tionghoa.
5. Azmi Abubakar

0 Response to "Baswedan Yang Pahlawan"

Posting Komentar

wdcfawqafwef